December 11, 2025

KTT Iklim Global tahun 2023 menjadi saksi berkumpulnya para pemimpin dunia, aktivis iklim, dan pembuat kebijakan, yang semuanya berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim. Hasil-hasil penting yang muncul menunjukkan adanya pergeseran besar menuju peningkatan aksi iklim global. Salah satu resolusi penting adalah komitmen untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Tujuan ini menggarisbawahi pentingnya percepatan upaya dekarbonisasi. Negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa, mengumumkan target ambisius untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050, dengan sasaran antara yang ditetapkan yaitu pengurangan emisi secara signifikan pada tahun 2030. Selain itu, kerangka keuangan inovatif telah ditetapkan, yang bertujuan untuk memobilisasi $100 miliar per tahun untuk adaptasi dan mitigasi iklim di negara-negara berkembang. Komitmen ini mengatasi kesenjangan pendanaan yang telah lama menghambat kemajuan, dan memberikan peluang yang sama bagi negara-negara yang rentan. Mekanisme pendanaan yang inovatif, seperti obligasi ramah lingkungan dan dana adaptasi iklim, disorot sebagai alat penting untuk mencapai tujuan keuangan ini. KTT ini juga menekankan pentingnya transisi energi terbarukan. Negara-negara berjanji untuk melipatgandakan investasi dalam teknologi energi terbarukan, dengan menargetkan peningkatan global dalam kapasitas penyimpanan energi tenaga surya, angin, dan energi. Inisiatif kolaboratif yang diumumkan pada pertemuan puncak tersebut termasuk “Aliansi Energi Hijau Global,” yang bertujuan untuk mempercepat penerapan energi terbarukan di negara maju dan berkembang. Restorasi ekosistem mendapat fokus yang signifikan, dengan diluncurkannya “Inisiatif Solusi Berbasis Alam”. Inisiatif ini bertujuan untuk memulihkan 1 miliar hektar lahan terdegradasi pada tahun 2030. Para peserta menyadari bahwa menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem alami sangat penting tidak hanya untuk ketahanan iklim namun juga untuk mempertahankan mata pencaharian. Keterlibatan pemuda juga menjadi sorotan, menyoroti peran aktivis muda dalam mendorong aksi iklim. KTT ini menggabungkan forum khusus pemuda, di mana para delegasi menyampaikan pandangan dan solusi mereka, dengan menekankan perlunya keterlibatan mereka dalam pembuatan kebijakan iklim. Selain itu, muncul konsensus mengenai perlunya mengadopsi prinsip-prinsip ekonomi sirkular untuk mengurangi limbah dan mendorong konsumsi berkelanjutan. KTT ini mengakui bahwa memikirkan kembali pola produksi dan konsumsi sangat penting untuk keberlanjutan jangka panjang. Terakhir, komunitas global memperkuat pentingnya kerja sama internasional. Para pemimpin menyerukan peningkatan kemitraan global dan berbagi pengetahuan untuk mengatasi perubahan iklim secara kolektif, dan menekankan bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan eksistensial ini. Ketika komitmen dan inisiatif ini mulai terbentuk, dampaknya akan berdampak pada kebijakan, perekonomian, dan komunitas di seluruh dunia, sehingga hal ini menjadi momen penting dalam perjuangan melawan perubahan iklim.